Lingkungan
Umum / Remote Environment
Lingkungan ini adalah suatu tingkatan dalam lingkungan
eksternal organisasi yang menyusun faktor-faktor yang memiliki ruang lingkup
luas dan faktor-faktor tersebut pada dasarnya di luar dan terlepas dari operasi
perusahaan.
- Faktor Ekonomi
Krisis moneter yang kemudian disusul dengan tejadinya krisis
ekonomi telah membuat terpuruknya perekonomian Indonesia.
Melemahnya nilai
tukar rupiah terhadap dollar secara drastis, banyak menyulitkan
perusahaan-perusahaan di Indonesia, yang terutama diakibatkan pinjaman luar
negeri yang besar. Hancurnya sektor keuangan khususnya perbankan dan tingkat
suku bunga yang sangat tinggi mencapai 70% telah membuat dunia usaha kesulitan
untuk mendapatkan kredit yang memadai untuk mengembangkan usahanya. Krisis ini
diperburuk dengan terjadinya krisis kepercayaan, yang mengakibatkan terjadinya
penolakan letter of credit oleh pihak luar negeri. Kontraksi ekonomi
yang diperkirakan mencapai 13% ditahun 1998 ini, inflasi yang tinggi (menurut
data BPS dalam periode Januari-September 1998 inflasi telah mencapai 75%),
banyaknya PHK, dan pada gilirannya memperbesar jumlah penduduk miskin. Dengan
turunnya pendapatan riel masyarakat maka daya beli masyarakat melemah.
Semua masalah diatas sangat menyulitkan bagi dunia usaha di Indonesia saat ini.
- Faktor Sosial
Kemajuan ekonomi yang pernah terjadi selama periode
1969-1996, telah banyak merubah keadaan sosial di Indonesia. Jasa
telekomunikasi pada saat ini telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat,
baik untuk dunia usaha maupun di luar dunia usaha. Keberhasilan program
Keluarga Berencana juga telah merubah keadaan demografi Indonesia. Jumlah penduduk
usia produktif akan terus meningkat, yang tentunya akan semakin banyak
memerlukan jasa telekomunikasi dalam kegiatannya . Hal-hal diatas merupakan
peluang bagi perusahaan-perusahaan penyedia jasa telekomunikasi.
- Faktor Politik
Keadaan politik dalam negeri yang masih belum stabil pada
saat ini, sedikit-banyak cukup mempengaruhi kegiatan ekonomi nasional.
Disusunnya beberapa Undang-Undang, seperti: UU Kepailitan, yang berpengaruh
pada perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan; dan UU Persaingan Sehat,
untuk bisnis yang bersih, yang ditujukan untuk menghapus praktek monopoli atau
pun kartel. Khusus untuk jasa telekomunikasi internasional, pemerintah tetap
memberikan komitmen untuk mempertahankan duopoli Indosat-Satelindo hingga tahun
2003. Dengan akan berakhirnya duopoli tersebut, maka diperlukan kesiapan dalam
menghadapi munculnya pendatang baru.
- Faktor Teknologi
Teknologi telekomunikasi merupakan teknologi yang cepat
berkembang, seiring dengan berkembangnya industri elektronika dan komputer.
Trend teknologi telekomunikasi ini semakin ke arah teknologi digital, semakin
besar kapasitas, semakin sederhana perangkatnya, perluasan daya jangkau,
keamanan dan privacy lebih baik, personalitas dan penambahan fasilitas
yang lain. Evolusi teknologi telekomunikasi saat ini mempunyai kecenderungan
untuk beralih via radio, optik atau satelit.
- Faktor Ekologi
Pada saat ini dunia bisnis semakin dituntut
tanggung-jawabnya terhadap lingkungan. Industri telekomunikasi telah mencoba
membuat produk yang ramah lingkungan, dan bagi sektor jasa telekomunikasi
relatif tidak menghasilkan limbah sama sekali.
Lingkungan
Industri
Lingkungan industri adalah tingkatan dari lingkungan
eksternal organisasi yang menghasilkan komponen-komponen yang secara normal
memiliki implikasi yang relatif lebih spesifik dan langsung terhadap
operasionalisasi perusahaan.
Menurut Michael Porter dalam bukunya Competitive Strategy,
keadaan persaingan dalam suatu industri tergantung lima kekuatan persaingan
pokok, yaitu:
- Ancaman Masuknya Pendatang Baru
Bisnis pertelekomunikasian merupakan bisnis yang dinamik,
menarik, multi aspek,dan pelopor dalam ekspansi global. Di sisi lain pelbagai
bukti empirik secara tak langsung telah membuktikan bahwa sektor telekomunikasi
merupakan sektor bisnis yang paling diminati oleh perusahaan multi nasional
dalam kerangka ekspansi dan globalisasinya Ini terjadi baik dalam rangka
swastanisasi maupun dalam konteks aliansi strategis antar pelaku di negara maju
maupun dalam ekspansi ke negara berkembang. Berdasarkan kebijakan pemerintah
struktur pasar jasa telekomunikasi sudah diatur sedemikian rupa sehingga
perusahaan-perusahaan yang akan masuk dalam industri ini akan mengalami
kesulitan.
Modal yang dibutuhkan untuk memasuki
industri ini sangat besar, mengingat mahalnya teknologi yang digunakan dan
biaya pembangunan jaringan yang luas. Sehingga yang dapat masuk ke industri ini
adalah pengusaha-pengusaha bermodal besar ataupun perusahaan-perusahaan raksasa
yang telah mapan.
Jadi dengan kondisi tersebut di
atas, maka kecil kemungkinannya pendatang baru untuk dapat memasuki industri
ini, karena banyaknya barrier to entry, yang sengaja dibuat agar tidak
meruntuhkan pemain yang sudah ada.
- Kekuatan tawar-menawar pembeli
Jumlah pelanggan telekomunikasi dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan, yang pada akhir Pelita VIII (2009) diproyeksikan
mencapai 21 juta saluran telepon dengan rasio 9 per seratus orang. Kalau
dibandingkan misalnya padatahun 1996 Swedia (tertinggi dunia) sudah mencapai 68
per seratus orang, dan hongkong 54 per seratus orang.
Pelanggan di Indonesia pada umumnya tidak mempunyai daya tawar yang cukup kuat terhadap jasa telekomunikasi dasar ataupun jasa sambungan langsung internasional, karena tidak punya pilihan sarana telekomunikasi. Dan untuk jasa sambungan bergerak, pelanggan memang cukup banyak pilihan , tetapi hanya terbatas pada pilihan tertentu dan kurang bisa memuaskan pelayanan atas jasanya.
Pelanggan di Indonesia pada umumnya tidak mempunyai daya tawar yang cukup kuat terhadap jasa telekomunikasi dasar ataupun jasa sambungan langsung internasional, karena tidak punya pilihan sarana telekomunikasi. Dan untuk jasa sambungan bergerak, pelanggan memang cukup banyak pilihan , tetapi hanya terbatas pada pilihan tertentu dan kurang bisa memuaskan pelayanan atas jasanya.
Jadi melihat hal di atas jelas potensi pasar jasa
telekomunikasi cukup besar dan meningkat dari tahun ke tahun , apalagi di
Indonesia banyak potensi pelanggan yang belum digarap.
- Kekuatan tawar-menawar pemasok
Industri telekomunikasi banyak memakai kabel serat optik,
tidak saja untuk jaringan darat, tapi juga di laut. Dengan kemajuan teknologi
yang sudah sedemikian pesat, jaringan kabel lama (tembaga) sudah tidak memadai
lagi baik untuk mengakomodasi data maupun informasi. Sebenarnya produsen kabel
serat optik dalam negeri telah mampu memasok kebutuhan nasional. Namun
demikian, hampir sekitar 90% kebutuhan kabel serat optik dalam negeri masih
diimpor dari luar negeri, sehingga bergantung pada produsen luar negeri.
Kondisi daya tawar perusahaan telekomunikasi Indonesia tidak terlalu lemah,
karena pemasoknya terdiri dari banyak perusahaan. Akan tetapi jika terjadi
fluktuasi dan pelemahan nilai tukar mata uang dalam negeri, hal ini yang
menjadi bumerang terhadap perusahaan.
- Ancaman dari barang atau jasa
pengganti
Telekomunikasi merupakan wahana yang menghubungkan manusia
satu dengan manusia lainnya melalui berbagai media telekomunikasi. Sesuai
dengan fungsinya tersebut maka jika kita identifikasikan ada beberapa jasa
pengganti yang dapat mengambil alih fungsi tersebut dari jasa telekomunikasi,
misalnya: jasa transportasi, jasa pos, jasa pers, dan internet. Dari beberapa
macam jasa pengganti, berdasarkan kelebihan dan kelemahannya, maka kecendrungan
pelanggan akan tetap menggunakan jasa telekomunikasi dalam hal kecepatan dan
kemudahan berkomunikasi.
- Persaingan di antara perusahaan
yang ada
Kondisi persaingan industri telekomunikasi Indonesia
dipengaruhi oleh aturan mengenai struktur dan bentuk kerjasama antara
perusahaan swasta dan BUMN, sesuai dengan UU No 3/1989, adalah sebagai berikut:
Perusahaan swasta dapat menyelenggarakan jasa telekomunikasi dasar melalui
kerjasama patungan, kerjasama operasi, dan kontrak manajemen dengan PT Telkom
dan PT Indosat.
Gambaran mengenai kondisi persaingan dan struktur industri telekomunikasi di Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut:
Gambaran mengenai kondisi persaingan dan struktur industri telekomunikasi di Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut:
Segmen
Industri
|
Kerangka
Hukum
|
Operator
|
|||
Public
Switced Telephone Network
|
Gerbang
Internasional
|
Duopoli
|
Indosat,
Satelindo
|
||
Domestik
|
Lokal
Tetap
|
Kabel
|
Monopoli
|
Telkom
(KSO)
|
|
Tanpa
Kabel
|
Duopoli
|
Telkom,
Ratelindo
|
|||
Bergerak
|
NMT
450
|
Monopoli
Regional
|
Mobisel
|
||
GSM
|
Cakupan
Nasional
|
Satelindo,Excelkomindo,Telkomsel
|
|||
AMPS
|
Monopoli
Regional
|
Komselindo,
Metrosel, Telesera
|
|||
Jarak-Jauh
|
Monopoli
|
Telkom
|
|||
Infrastruktur
|
Teresstrial
|
Monopoli
|
Telkom
|
||
Satelit
|
Kompetisi
Internasional
|
Satelindo,
PSN
|
|||
Jasa
Bernilai Tambah
|
Paging,
Voice mailbox, Komunikasi
Data, Wartel, Payphone, dll
|
Kompetisi
|
Operator
Berlisensi
|
||
Jaringan
Khusus
|
VSAT,
Trunking
|
Kompetisi
|
Operator
Berlisensi
|
||
Jaringan
Swasta
|
|
Tidak
Dijual
|
Perusahaan
swasta mana saja
|
||
Manufaktur
|
Telephone
Switch
|
Kompetisi
Terbatas
|
AT&T,NEC,SIEMENS,SENA
|
||
Transmisi
|
Kompetisi
|
Perusahaan
mana saja
|
|||
Broadband
Switch
|
|
|
|||
CPE
|
Kompetisi
|
Perusahaan
mana saja
|
|||
Kabel
|
Kompetisi
|
Perusahaan
mana saja
|
Lingkungan
Operasi
Lingkungan
ini meliputi faktor-faktor pada situasi kompetitif yang mempengaruhi sukses
perusahaan dalam mendapatkan sumber daya atau dalam keuntungan pemasaran barang
dan jasa perusahaan.
- Posisi Kompetitif
Posisi kompetitif Indosat cukup kuat, sebagai pemimpin
pasar, dan hanya menghadapi satu pesaing pada bisnis telekomunikasi
internasional yaitu Satelindo. Selain itu juga didukung rangkaian produk dan
jasa yang luas, kapasitas dan produktivitas yang memadai, periklanan, dan yang
cukup penting citra perusahaan.
- Profil Pelanggan
Pelanggan dari Indosat meliputi rumah tangga dan kalangan
bisnis. Dalam hal ini pemakai utama dari telekomunikasi internasional adalah
kalangan bisnis, yang banyak digunakan untuk keperluan usaha. Terpuruknya
perekonomian Indonesia yang banyak memacetkan sejumlah besar bisnis, mempunyai
pengaruh terhadap pertumbuhan volume pemakaian telekomunikasi internasional.
- Pemasok
Peralatan-peralatan yang digunakan untuk pengadaan telekomunikasi internasional, merupakan peralatan yang bermuatan teknologi tinggi. Sehingga, sebagian besar peralatan tersebut didatangkan melalui pemasok luar negeri. Walaupun posisi daya tawar Indosat cukup kuat, mengingat culup banyaknya jumlah pemasok, namun penurunan nilai tukar Rupiah sangat mempengaruhi besarnya dana yang diperlukan untuk mendatangkan peralatan tersebut. Namun, pendapatan Indosat yang sebagian besar dalam bentuk Dollar, seperti pendapatan incoming call, cukup membantu. - Kreditor
Dilihat dari struktur kredit-modal, terlihat bahwa Indosat mempunyai struktur yang berimbang, atau antara modal dan kredit jumlahnya sama. Dalam hal ini, mengingat kemampuan Indosat dalam menghasilkan keuntungan maupun asset yang dimilikinya, tidaklah terlampau sulit bagi indosat untuk mendapatkan pinjaman dari kreditor pada jumlah yang memadai. - Sumber Daya Manusia
Indosat mempunyai SDM yang cukup baik, 40% komposisinya
berpendidikan S-1 ke atas. Selain itu didukung dengan program pelatihan
berjenjang sesuai posisinya untuk meningkatkan keahlian.
ANALISA
STRATEGI PERUSAHAAN
Analisa
SWOT
- Strength:
Kekuatan Indosat antara lain terdapat pada: hak duopoli yang dimilikinya, pengalaman mengelola bisnis telekomunikasi internasional, kekuatan manajemen dan budaya perusahaan, rangkaian produk dan jasa yang luas, teknologi yang mutakhir pada peralatannya, kualitas produk dan jasa, serta citra perusahaan yang baik. - Weakness:
Kelemahan Indosat antara lain terdapat pada: kurangnya kebiasaan bersaing secara ketat akibat kenikmatan hak duopoli yang dimilikinya, rentannya likuiditas perusahaan akibat besarnya kewajiban yang dimilikinya, dan diversifikasi yang berlebihan seperti pada perusahaan anak dan afiliasi yang kurang menguntungkan. - Oppurtunities:
Peluang bagi Indosat antara lain: besarnya pasar domestik yang belum tergarap, perluasan usaha baru yang melingkupi bisnis inti yang cukup menguntungkan, dan bisnis telekomunikasi global yang cukup menjanjikan. - Threat:
Ancaman bagi Indosat antara lain: masuknya pendatang baru terutama dari luar negeri sehubungan akan berakhirnya hak duopoli, kompetisi global yang memasuki pasar domestik, dan krisis ekonomi yang melanda Indonesia.
Grand
Strategy
Adaptasi
pada perubahan lingkungan yang cepat dalam telekomunikasi telah menjadi critical
factor bagi Indosat. Peningkatan kompetisi, perubahan teknologi, dan
aliansi strategi global , di antara kesemuanya, sedang membentuk pasar
telekomunikasi yang akan datang.
Dalam
menanggapi tantangan-tantangan baru tersebut Indosat telah membangun cetak biru
pertumbuhan, dikenal sebagai Grand Strategy Indosat 2000:
- Jasa Telekomunikasi
Internasional Dasar akan tetap menjadi core business Indosat
- Peranan regional dan internasional
yang telah meningkat sejak 1994
- Jasa selular dan sistem satelit
bergerak saat ini sedang diperluas melalui perusahaan selular lokal dan
konsorsium internasional
- Jasa bernilai-tambah yang
meliputi telekomunikasi pada saat ini, integrasi sistem dan informasi
multimedia dan hiburan yang melengkapi dan menambah nilai dari jasa core
Indosat
Growth
Strategy
Indosat berusaha mempertahankan keberadaannya sebagai
pemimpin pasar untuk jasa telekomunikasi internasional di Indonesia,
memposisikan dirinya sebagai perusahaan telekomunikasi berkelas-dunia, dan
menjadi pemain global dalam industri telekomunikasi dunia. Hal ini dicapai
melalui Strategi Bisnis "1-plus-3" yang mencoba:
"1" Membangun jasa telekomunikasi internasional
melingkupi central core business
Lalu-lintas telekomunikasi internasional Indosat di transmisikan melalui satelit internasional, sistem kabel bawah laut, dan sambungan gelombang mikro, yang kesemuanya menggunakan teknologi digital mutakhir termasuk protokol multimedia canggih. Indosat mengoperasikan empat gerbang internasional di Jakarta, Surabaya, Medan, dan Batam dimana lalu-lintas melewati dari Indonesia ke seluruh dunia, dan sebaliknya. Setelah membangun akses ke satelit yang cukup melalui sembilan stasiun bumi di empat lokasi gerbang melintang Indonesia, Indosat pada saat ini memperluas aksesnya ke kabel serat optik digital bawah laut dengan bergabung ke konsorsium kabel regional dan dunia. Ini semua adalah bagian dari program perluasan yang didesain untuk meningkatkan kapasitas, memperbaiki kualitas, dan menyediakan jasa baru untuk memenuhi perubahan permintaan konsumen.
Lalu-lintas telekomunikasi internasional Indosat di transmisikan melalui satelit internasional, sistem kabel bawah laut, dan sambungan gelombang mikro, yang kesemuanya menggunakan teknologi digital mutakhir termasuk protokol multimedia canggih. Indosat mengoperasikan empat gerbang internasional di Jakarta, Surabaya, Medan, dan Batam dimana lalu-lintas melewati dari Indonesia ke seluruh dunia, dan sebaliknya. Setelah membangun akses ke satelit yang cukup melalui sembilan stasiun bumi di empat lokasi gerbang melintang Indonesia, Indosat pada saat ini memperluas aksesnya ke kabel serat optik digital bawah laut dengan bergabung ke konsorsium kabel regional dan dunia. Ini semua adalah bagian dari program perluasan yang didesain untuk meningkatkan kapasitas, memperbaiki kualitas, dan menyediakan jasa baru untuk memenuhi perubahan permintaan konsumen.
- Partisipasi dalam pembangunan
infrastruktur telekomunikasi domestik
Indosat memandang investasinya pada infrastruktur telekomunikasi domestik selain sebagai alat untuk memperluas pasar jasa telekomunikasi internasional, juga sebagai sumber pendapatan baru untuk perusahaan. - Meningkatkan peranannya dalam
telekomunikasi regional dan internasional
Indosat memulai proyek internasional, melibatkan join-ventura dengan mendasarkan sebagaimana membangun carriers telekomunikasi internasional. Tujuan utamanya adalah meningkatkan lalu-lintas internasional melalui gerbang perusahaan, memperoleh pendapatan langsung dari proyek dan mendapatkan tambahan keahlian dari pembukaan internasional. Sampai sekarang, Indosat terikat dengan berbagai proyek telekomunikasi termasuk join-ventura dengan entitas telekomunikasi yang bersangkutan dari Kamboja dan Kazakstan dan investasi ekuitas pada jasa selular berbasis PHS di Jepang sebagaimana di USA Global Link dan Alphanet Telecom Inc. Keduanya adalah pemain utama carrier telekomunkasi. - Mengambil diversifikasi
terbatas pada bisnis komplementer
Indosat juga mencoba untuk mendiversifikasi pada daerah di mana keahlian perusahaan dalam telekomunikasi dapat dipergunakan untuk mengoptimumkan efek seperti pada jasa bernilai tambah yang melengkapi bisnis core perusahaan. Jasa –jasa ini tersedia melalui perusahaan anak dan pada saat ini meliputi beberapa jasa pertukaran data elektronik, bank elektronik, multimedia , dan internet
Dengan strategi perusahaan "1+3", Indosat akan
menjadi perusahaan yang merupakan "penyedia jasa penuh" dan
"pemimpin bisnis multimedia".
Analisa
Strategi Bisnis Indosat Menghadapi Krisis Ekonomi
Sehubungan dengan krisis ekonomi yang melanda Indonesia,
Indosat mengalami masa yang sulit sejak awal 1998 ketika Rupiah terdepresiasi
secara drastis. Banyak bisnis di Indonesia yang mengalami kemacetan karena
kondisi makro ekonomi, instabilitas politik, dan gejolak sosial. Dilengkapi dengan
krisis moneter, situasi ini mempengaruhi pertumbuhan permintaan jasa
telekomunikasi internasional di Indonesia. Dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, pertumbuhan volume lalu-lintas lebih lambat, yang memaksa Indosat
untuk : lebih berhati-hati dalam kegiatan operasi dan manajemen arus kas
terutama mata uang asing, sehubungan komitmen investasi yang jatuh waktu.
Namun demikian tampaknya krisis ekonomi tersebut tidak
menurunkan keuntungan Indosat, melainkan menurunkan pertumbuhannya saja. Selama
Januari hingga September 1998, incoming dan outgoing calls
menigkat masing-masing 4,1% dan 10,3% dari periode sebelumnya. Pertumbuhan yang
lamban dari incoming traffic disebabkan turunnya kegiatan bisnis
internasional sebagai bagian dari situasi nilai tukar rupiah dan instabilitas
politik, menyusul kerusuhan Mei di Jakarta. Indosat masih memproyeksikan
pertumbuhan positif lalu-lintas telepon. Pendapatan operasi meningkat 45,6%
sedangkan beban operasi meningkat 33%.
Sebagai strategi bisnis dalam menghadapi krisis ekonomi ini,
Indosat menerapkan kebijakan, antara lain:
- Selalu mencari cara yang paling
ekonomis menurunkan beban pembelanjaan pada mata uang asing
Indosat mengurangi biaya sirkuit dengan menggunakan lebih banyak sirkuit kabel bawah laut ketimbang satelit, yang pada saat ini mencapai 74% dari total bandwith. - Melakukan kebijakan konservatif
menyangkut situasi krisis ekonomi Indonesia
Pengalokasian hutang tak tertagih yang cukup besar, meningkat 88,4% dari tahun sebelumnya. - Menerapkan kebijakan likuiditas
yang berhati-hati
Biaya telekomunikasi dan beban perawatan meningkat sebagai dampak melemahnya Rupiah. Namun dalam hal ini pertumbuhan beban operasi diupayakan lebih rendah dari pendapatan operasi, serta meningkatkan profit margin. - Melindungi fundamental dasar
Indosat dari pengaruh kinerja negatif anak perusahaan
Untuk menghindari dampak dari kinerja negatif anak perusahaan, maka dilakukan program restrukturisasi diversifikasi bisnis, yang akan memperbaiki posisi keuangan perusahaan dalam jangka pendek dan sesuai dengan strategi jangka panjang.
Dilihat dari hasil-hasil yang dicapai pada kuartal ketiga
seperti yang disebutkan di atas, sejauh ini Indosat cukup tepat dalam memilih
strategi bisnis maupun penerapannya guna menghadapi krisis ekonomi yang melanda
Indonesia pada saat ini, yang tentunya harus sesuai dengan strategi jangka
panjang Indosat seperti yang tertuang dalam Grand Strategy dan Growth
Strategy untuk mewujudkan Indosat sebagai perusahaan yang merupakan
"penyedia jasa penuh" dan "pemimpin bisnis multimedia".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar