1. Sejarah Film Independent
Sebagian kecil dari film Indonesia (berdurasi panjang)
yang muncul belakangan ini diklaim sebagai ‘film independen’. Sebut saja mulai
dari Kuldesak , lalu kemudian Bintang Jatuh
(Rudy Sudjarwo, 2000), Pachinko
(Harry Suharyadi, 2000), Tragedy (Rudy Sudjarwo, 2001), Video Cinta (Agus
Chosu, 2001), Jakarta Project (Indra Yudhistira, 2001), dan yang terakhir ini
Beth (Aria Kusumadewa, 2001). Sebenarnya apa itu ‘film independen’? Sebuah
pertanyaan besar yang menjadi polemik dalam hampir setiap tulisan maupun diskusi
film yang muncul akhir-akhir ini. Hampir semua pengamat mempertanyakan definisi
film independen yang dibuat oleh filmmaker dan terus berkutat di masalah
definisi.
Istilah ‘independent film dan independent filmmaker
memang muncul pertama kali dan populer di Amerika sudah sejak jamannya Stanley
Kubrick mulai menyutradarai film. Definisi independent film pun masih terus
menjadi polemik besar diantara mereka masing-masing. Ada yang memberikan
definisi yang sangat bersudut-pandang industri, yaitu Gregory Goodell yang
mengatakan:
any film that is developed without ties to a major studio,
regardless of where the subsequent production and/or distribution financing
comes from.”
(Goodell, 1998)
(Goodell, 1998)
Ada juga yang memberikan batasan yang sangat teknis,
seperti Moran & Willis yang menyatakan bahwa:
“Independen sebagai gerakan oposisi yang keras untuk
melawan praktek-praktek dominasi media dalam beberapa sektor. Dalam sektor
teknologi, independen bergerak dalam dunia amatir (home video, 8mm, 16mm, 70mm)
melawan profesional (35mm). Dalam sektor industri, independen bergerak dari
pribadi atau kelompok-kelompok lepas melawan produksi, distribusi dan eksibisi
yang terorganisir secara masal. Dalam sektor estetika, independen mengangkat
segi orisinalitas, penampilan dan avant-garde melawan konvensional, generik dan
residual. Dalam sektor ekonomi, independen bergerak dari segi kecintaan
terhadap film melawan kecintaan terhadap uang. Dalam sektor politik, indepeden
bergerak dari eksplorasi budaya-budaya marginal dan yang tertindas melawan
pusat, dominasi dan kecenderungan umum.” (Moran & Willis)[1].
2. Apa Itu Film Independen?
Dari pembahasan singkat diatas, dapat tergambar bahwa
termin berpikir ‘film independen’ memang tidak bisa lepas dari konteks Amerika
Serikat, dan jelas tidak bermakna universal. Jadi, sangatlah tidak bijaksana
bila kita mengambil definisi-definisi ala Amerika seperti yang telah disebutkan
sebelumnya dan berusaha mengaplikasikannya di Indonesia.
Secara etimologis, kata independen merupakan hasil
serapan dari bahasa Inggris ‘independent’ yang berakar dari kata ‘dependent’
dengan pemberian sufiks ‘in’ yang bersifat negasi. ’Independent’ diterjemahkan
bebas ke dalam bahasa Indonesia sebagai ‘tidak bergantung’. Jadi kata
‘independent’ tidak pernah berdiri sendiri secara kontekstual tanpa ada kausal
‘from’ (Bhs. Ind: ‘dari’). Berarti, dalam konteks bahasa Inggris, kata
‘independent’ harus dapat dipertanyakan lebih lanjut dengan kata-kata ‘independent
from what? ’
Independensi adalah proses. Sinema independen tidak
dapat dilihat dari seperti apa bentuk jadi suatu karya. Sinema independen tidak
dapat dinilai dari hasil akhir suatu eksibisi karya sinema. Proses yang
menjiwai lahirnya suatu karya, dari bagaimana ia muncul sebagai semangat sampai
pelaksanaan idea-idea inilah yang membuat suatu karya menjadi independen[2].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar